Ads (728x90)



DEWAN PIMPINAN DAERAH

LEMBAGA DAKWAH ISLAM INDONESIA
KABUPATEN PASURUAN
Selamat Datang Di Website Resmi DPD LDII Kabupaten Pasuruan

Kegitan komunikasi hampir saja dilakukan dan tak mungkin dihindari oleh manusia sebagai makhluk sosial. Hal ini dapat dipahami karena untuk memenuhi hajat hidup dan kehidupannya seseorang tidak mungkin sama sekali lepas dari ketergantungan pada orang lain. Dalam perjalanan sepanjang hidup selalu saja ada bentuk-bentuk ketergantungan pada orang lain, bahkan setelah mati untuk masuk ke liang kubur terpaksa dimasukkan oleh orang lain. Seseorang menjalin komunikasi dengan orang lain karena ada berbagai alasan atau kepentingan. Hendaknya sesama manusia bisa saling menghormati bukan sebaliknya saling menghina. Apalagi jelas Allah melarang suatu kaum menghina kepada kaum yang lain, begitupun wanita tidak boleh menghina wanita lain. Sementara itu dasar kemanusiaan yang dikembangkan di negara kita tidak hanya mengacu kepada pertimbangan adil melainkan juga harus beradap, ini berarti juga harus menghormati sesama manusia kita jadikan acuan didalam pergaulan kehidupan kita tak terkecuali dalam kegiatan berkomunikasi.

        Persoalan yang dihadapi oleh seorang komunikator adalah bukan saja ia harus secara mandalam memahami materi pesan yang akan disampaiakan kepada komunikan tetapi juga mempersiapkan teknik penyampaian yang efektif sehingga komunikasi itu membuahkan hasil. Ironisnya target untuk berhasil dalam melakukan komunikasi kadangkala mengabaikan kaidah-kaidah etika. Misalnya, dalam senuah iklan TV seorang komunikator merekayasa penayangan suatu produk sedemikian rupa agar banyak pemirsa yang tertarik membeli produk tersebut sehingga omzet penjualan meningkat. Bagaimana pun ini adalah sesuatu yang tidak etis karena ada unsur penipuan. Dari contoh tersebut menunjukkan kepatuhan seseorang untuk memenuhi etika komunikasi ada hubungannya dengan tanggung jawab moral yang bersangkutan. Semakin tinggi tanggung jawab moral seseorang, semakin tinggi pula kemauannya untuk mematuhi etika komunikasi.

        Di lingkungan masyarakat dapat kita lihat fenomena yang menunjukkan bahwa orang lebih senang berbicara ketimbang mendengarkan karena mungkin akan lebih terlihat terhormat, cerdas, senior dari pada yang mendengarkan. Begitu pula ada kecenderungan seseorang hanya mau mendengarkan terhadap orang yang level atau stratanya lebih tinggi atau setidaknya sama. Sebenarnya mendengarkan itu sama pentingnya dengan berbicara kalau tidak boleh dikatakan malahan lebih penting. Banyak orang gagal karena tidak mau mendengarkan pendapat orang lain. Misalnya, produsen gagal memasarkan produksinya karena tidak mau mendengarkan saran dari konsumen/calon konsumen. Dokter gagal mengobati pasiennya gara-gara tidak mau mendengarkan keluhan pasien dengan seksama, akibatnya terjadi kesalahan diagnosis yang berakibat pula pada kesalahan therapy, dsb. Kemauan mendengarkan pendapat orang lain dan kemauan untuk berlatih mendengarkan yang efektif adalah sangat bermanfaat bagi generasi muda bagi kehidupannya dimasa mendatang.
        Dalam menjalin komunikasi seyogyanya dapat mengenal lebih dalam mengenai sifat-sifat dan karakter orang-orang dengan latar belakang individualis maupun kolektivis. Budaya individual ditandai dengan sangat menghargai hak-hak individu dibanding hak-hak publik. Orang-orang pada masyarakat individualis cenderung lebih mandiri, lebih profesional, lebih gentle, dan memiliki tanggung jawab terhadap perilaku sendiri. Sementara itu pada budaya kolektivis ditandai dengan ikatan kelompok yang sangat kental, lebih bersifat emosional bahkan cenderung disakralkan. Reputasi kelompok lebih ditonjolkan dari pada jati diri pribadi.

        Dalam kaidah komunikasi dikenal kaidah emas, yaitu suatu kaidah yang menyuruh kita memperlakukan orang lain seperti kita ingin diperlakukan oleh mereka atau bisa disebut tenggang rasa. Kalau kita terapkan sebagai etika komunikasi bolehlah dengan asumsi orang-orang yang terlibat komunikasi itu memiliki kesamaan budaya, kesamaan nilai-nilai yang dianut, kesamaan selera, dll. Apabila diterapkan pada komunikasi antar budaya kiranya kurang tepat karena banyaknya perbedaan-perbedaan orang-orang yang terlibat dalam komunikasi itu.

        Maka dengan memberikan empati,  kita perbaiki kaidah emas itu menjadi sebut saja kaidah intan yang berbunyi : perlakukanlah orang lain seperti mereka memperlakukan diri mereka sendiri. Bagi gnerasi muda yang hendak menjalin komunikasi antar budaya, hendaknya memperhatikan hal-hal berikut :
1.     Berusahalah mengerti dan memahami bahasa mereka
2.    Berusahalah mengerti dan memahami budaya mereka menurut cara pandang mereka
3.    Berusahalah menyesuaikan diri tanpa mengorbankan prinsip-prinsip agama
4.    Bila terjadi konflik berusahalah segera berdamai dengan cara yang bijaksana dan sopan

SUKRON


       
       

Posting Komentar